Note : Edisi di buang sayang..
"Heh! Hati-hati dong kalau berjalan!" Kata salah
seorang perempuan di tengah perkumpulan. Kemudian mereka semua tertawa
mengejekku.
Aku hanya bisa diam sambil memunguti berkas-berkasku yang berantakkan
di lantai. Lalu aku bangkit dan melewati mereka.
Ah, sial. Aku benci sekolah disini. Mereka selalu membullyku.
Mereka menghinaku terus karena aku pikir aku jelek. Ya, aku terlahir dengan
paras jelek, kulitku tidak semulus mereka, hidungku tidak mancung dan mataku
terlalu sipit. Tapi apakah mereka pantas melakukan ini padaku? Lihat saja!
Suatu hari aku akan operasi penampilanku dan membuat mereka tercengang!
Aku membenahi berkas-berkasku ke dalam loker dan mendapati
surat berisi puisi indah. Aku tahu ini adalah bagian dari hinaan mereka. Aku selalu
menerima puisi yang berbeda-beda tanpa nama pengirim. Puisi itu membuat mereka
melaporkan pada guru saat jam pelajaran dan guru akan membacakannya di hadapan
banyak orang.
Tiba-tiba aku melihat Chou melintasi koridor menuju ruang
loker sebelah. Dia tidak melihatku. Aku sangat kecewa. Dia mungkin hanya
mengenalku sebagai korban ejekan saja. Tapi aku sangat menyukai Chou. Dia tidak
pernah mengata-ngataiku, yah walaupun aku tidak tahu sebenarnya.
Tujuh tahun berlalu. Seakan ingin memutar balikkan keadaan,
aku berganti penampilan. Aku punya pekerjaan bagus dan wajahku secantik artis
dilayar kaca. Tidak hanya wajahku, setiap inchi dari tubuhku semuanya indah.
Suatu ketika ada reuni SMA, kedatanganku membawa kejutan besar untuk semua
teman-teman yang dulu mengejekku. Mereka pasti tahu aku menjalani operasi, tapi
mereka tetap iri.
Lalu aku bertemu Chou. Aku akan mendekatinya sekarang. Tapi
tiba-tiba Chou menghindariku. Aku sudah cantik sekarang, kenapa dia
menghindariku? Dia keliatan marah sekali padaku.
Aku masih bingung soal Chou, tapi aku melupakan sejenak. Kemudian
ketika aku pulang reuni, seorang teman perempuanku menepuk pundakku.
"Hidupmu sudah bahagia sekarang. Aku kira kau bisa mendekati pria manapun.
Bahkan Chou pasti bukan levelmu."
"Chou?"
"Maafkan kami. Walaupun dia tampan, kami selalu
mengejeknya dulu karena dia menyukaimu. Dia selalu mengirimimu surat-surat
murahan yang di ketahui oleh guru. Itu lucu, bukan?"
0 komentar:
Posting Komentar